TUA0TfC6GSG5GSr9GUOpTpY6TY==

Perspektif Mahasiswa Surabaya Terhadap Kasus Pelecehan Seksual di Universitas Gadjah Mada


Genz.co.id - Maraknya berita pelecehan seksual belakangan ini menjadi perbincangan di masyarakat, baik anak muda maupun dewasa. Pelecehan ini dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Pelecehan melibatkan kata-kata, tindakan, atau kontak fisik yang merugikan orang lain. Pelaku, meski menyadari dampak perbuatannya, mungkin akan terus bertindak terhadap korban lain dan merasa senang membuat korban tidak nyaman. 

Memahami perspektif mahasiswa dari berbagai daerah penting dalam diskusi nasional tentang pencegahan dan penanganan pelecehan seksual di pendidikan tinggi, yang sering kali terabaikan meski nyata terjadi. Penelitian ini memberikan masukan bagi UGM dan universitas di Surabaya dalam merumuskan kebijakan efektif untuk kebutuhan mahasiswa. 

Penelitian ini mengukur kesadaran mahasiswa Surabaya tentang pelecehan seksual, mekanisme pelaporan, dan dukungan korban, yang penting untuk program edukasi di kampus. Penelitian ini memperkuat gerakan anti kekerasan seksual di kalangan mahasiswa Surabaya dengan memahami perspektif mereka dan mendorong partisipasi aktif untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman. 

Kasus Edy Meiyanto di UGM relevan karena berkaitan dengan isu nasional, perbedaan perspektif regional, dan penguatan kesadaran serta kebijakan anti-kekerasan seksual di kalangan mahasiswa. Memahami pandangan mereka memperkaya pemahaman tentang respons generasi muda Indonesia terhadap isu ini. 

Kasus viral di kampus ternama Indonesia mengejutkan banyak orang yang mengira kejadian serupa tidak mungkin terjadi. Pelecehan seksual terhadap mahasiswi dilakukan oleh Prof. Edy Meiyanto, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM. Dunia pendidikan mengikuti berita ini untuk informasi terbaru.

Pelecehan seksual adalah kejahatan yang melanggar norma masyarakat dan merusak martabat manusia, berupa perilaku seksual sepihak (Kencanadewi & Lovita, 2024). Universitas seharusnya menerapkan nilai-nilai moral, namun sering terjadi kasus pelecehan seksual, termasuk yang melibatkan Guru Besar di Universitas Gadjah Mada, berdampak pada korban. 

Korban pelecehan seksual sering merahasiakan kejadian karena bingung melapor dan terpengaruh stigma masyarakat yang menganggap mereka hina, sehingga merasa ragu dan malu untuk berbicara. Dampak tindakan tercela ini bervariasi tergantung pada intensitas dan durasi pelecehan. 

Efek psikologisnya serupa dengan korban kekerasan seksual, meninggalkan trauma mendalam. Universitas harus menyediakan program dukungan psikologis untuk memberi rasa aman dan membantu rehabilitasi korban. Peneliti mengumpulkan data melalui kuesioner terstruktur di Google Form dengan 41 responden, dan telah memverifikasi data untuk menghapus yang tidak valid. 

Profil responden dalam penelitian ini menggambarkan sampel Mahasiswa Surabaya berdasarkan jenis kelamin dan umur. 

Universitas perlu memiliki kebijakan dan program efektif untuk mencegah serta menangani pelecehan seksual, sementara masyarakat harus meningkatkan kesadaran akan pelanggaran hak asasi manusia ini. Korban pelecehan seksual memerlukan dukungan emosional dan bantuan profesional untuk pulih, sementara pelaku harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka dan menerima hukuman yang adil.

Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan aman dan nyaman untuk semua. Penelitian mengungkapkan bahwa pelecehan seksual adalah masalah serius di kalangan mahasiswa Surabaya.

Sebagian besar responden (51,2%) pernah mengalami atau menjadi korban pelecehan seksual, menunjukkan keberagaman bentuk dan konteksnya. Mayoritas responden (95,1%) menunjukkan empati terhadap korban pelecehan seksual dan setuju bahwa tindakan tegas diperlukan. Sebagian besar responden (97,6%) juga sepakat bahwa korban memerlukan penanganan khusus, dan edukasi tentang pelecehan seksual harus disuarakan di berbagai platform. 

Type above and press Enter to search.